Jumat, 27 Maret 2020

Confinement and myself

Entering the 13th day of confinement, I was quite surprise with how well Im surviving in this situation. Comparing with other situation which required me to work from home (during the presidential result announcement in 2019), I think I waaaay much better to cope with the situation now.

I dont really know why, maybe because I know it's going to be a long period, or maybe I have successfully set-up my expectation about how long this period is going to last, or maybe simply I have become a mature adult who can separate between things that I can control and which are not.

I think to deal with the uncertainty, I channel my need to control the situation by treating all the things I've done as a project which has time and place to do it. Like the exercise. I plan carefully the exercise could be done through the resources I have. It also apply for other things during my personal time, I try to do some handy works like decorating my bedroom, printing some photos from vacation years ago or sewing my own clothes.

In addition to that, I do believe keeping the routines does help to cope with this situation. I try to exercise every morning and start my work at 10am till 7pm. I make a to do list in the morning which provides sense of achievement whenever I manage to finish the tasks. Although some of the time, it might take longer than that, but I think the experience of working as a freelancer some years ago, really does help me to be able working by myself or virtually while still respecting my personal time.

Maybe some of my advice could be relevant for you, maybe not.

But for me, there always be a rainbow after the rain.

Yes, I know the situation is difficult with all the uncertainty ahead of us, but at the same time, I am excited to see how this situation can shift (maybe) our generation. From working behavior to way we run our lives. I can not to wait to see how companies could evolve in this situation. I want to learn how agile those fancy executives can come with new business model that will be sustainable for the future.  I want to know how the artist and art societies will absorb and interpret this situation into their artifacts.

All in all, Im kind of proud with myself about how well I can thrive in this situation, how about you?

Raisa

Senin, 16 Maret 2020

Corona, pemerintah dan warganya

Corona menjadi sebuah momok yang menghebohkan di beberapa bulan belakangan ini. Banyak orang yang sempat meragukan apakah negara Indonesia raya kita ini akan terkena dampaknya. Pada awalnya saya tidak begitu peduli dengan hal, hingga akhirnya saya melihat bagaimana hal ini dapat mengganggu kestabilan politik dan sosial sebuah negara, bahkan untuk negara-negara maju seperti Jerman dan Perancis.

Negara-negara yang sempat mengelu-elukan pentingnya globalisasi dan ingin membuat batas-batas negara menjadi semakin hilang, malah sibuk didesak oleh rakyatnya untuk menutup perbatasan. Bahkan ada beberapa negara yang memutuskan untuk mengunci dan meminta rakyatnya untuk berada di dalam rumah agar mencegah penyebaran penyakit ini. Banyak oknum-oknum di negara ini yang ingin meminta supaya negara kesayangan kita ini dikunci juga. Hal ini membuat saya bertanya "apakah mereka sudah memikirkan apa dampak dari kebijakan tersebut?"

Saya rasa tidak.

Dijaman orang-orang yang sudah darurat membaca, saya meragukan bahwa orang-orang mau mencari tahu lebih lanjut apa arti dari "lock down" ini dan bagaimana dampaknya kepada perekonomian di negara ini. Tidak usah jauh-jauh membayangkan tentang ekspor-impor, coba kamu pikirkan bagaimana nasib bapak gorengan atau ibu kantin kantor yang memang penghasilannya itu dari hari per hari, yang mana kalau mereka memang tidak jualan ya tidak bisa makan.

Saya disini bukan ingin membela pemerintah, tapi saya ingin mengatakan bahwa keputusan untuk ini tuh harus dipikirkan matang-matang yang memang tidak bisa sebentar, wong mau memutuskan fitur produk apa yang mau dibuat saja panjang prosesnya, karena menyangkut hajat hidup banyak orang gak cuma kamu doang cuk.

Apalagi ditambah dengan negara kita yang demokrasi nan uang paspasan, jangan samain dengan Cina yang sosialis  nan kayaraya. Apakah negara kita punya cukup dana untuk bisa lockdown sambil berusaha menjaga perekonomian ini stabil? wong mau menekan perusahaan untuk merumahkan karyawan saja sulit.

Jadi poin dari tulisan panjang ini apaan ya Sa?

Tidak ada, saya hanya mau mengutarakan perasaan saya saja karena baru hari pertama bekerja dari rumah saja saya sudah bosan. Tapi saya akan berusaha mematuhi himbauan dari pak Presiden untuk mengurangi pergi keluar rumah sebisa mungkin. Bukan karena saya warga negara yang baik atau karena orang tua saya sudah tua dan rawan terhadap penyakit. Tapi karena saya sadar, bahwa saat ini saya belum mampu membantu mencarikan solusi, jadi ya minimal saya jangan menjadi bagian dari masalahnya dan menambah tingkat stres dari rumah sakit di Indonesia yang (menurut saya) sudah cukup rapuh.

Saya berpikir bahwa kalau saya masih berkeliaran diluar hanya karena bosan atau malah berpikir ini adalah momen buat liburan, saya tidak berhak buat ikut mengomentari bagaimana pemerintah seharusnya bertindak karena itu menunjukan kalau saya sendiri tidak cukup dewasa dalam menjaga keselamatan diri dan keluarga saya. Karena pada akhirnya urusan keselamatan dan kesehatan adalah tanggung jawab saya pribadi, bukan negara.

Raisa.

Welkommen 2022 ❤❤

Hi there! its been a while since my last post here and finally it's gonna be my first post this year. How's life treating you so far...